Post Date: Desember 5, 2025

Kuliner Madinah bukan sekadar kebutuhan religius;
ini adalah pusat budaya dan peradaban kuno yang identitasnya terbentuk melalui jalur perdagangan dan perjalanan haji selama berabad-abad.
Di antara berbagai manifestasi budaya yang mencerminkan keragaman ini, Kuliner Madinah tampil sebagai jembatan yang menghubungkan keaslian lokal dengan pengaruh luar yang datang dari Asia Tengah dan kawasan Syam.
Artikel ini membawa Anda dalam perjalanan mendalam untuk menelusuri asal-usul hidangan paling ikonik dalam Kuliner Madinah — dan bagaimana hidangan-hidangan tersebut mempertahankan kedudukannya dalam warisan kuliner kota.
Daftar Isi
- Al-Haisah: Hidangan dari Kedalaman Sejarah
- Mantu dan Yaghmush: Jejak Asia Tengah dalam Kuliner Madinah
- Al Sanabel: Melestarikan Keaslian Kuliner Madinah
Al-Haisah: Hidangan dari Kedalaman Sejarah
Al-Haisah menempati urutan pertama dalam daftar hidangan tradisional Madinah dan Hijaz.
Ini bukan hanya hidangan penutup — tetapi simbol keaslian dan kesederhanaan.
Asal Usul & Sejarah
Al-Haisah dianggap sebagai salah satu hidangan yang berasal dari masa pra-Islam,
dan disebutkan dalam Hadis Nabi,
yang memberikan hidangan ini kedalaman sejarah dan spiritual yang luar biasa.
Di masa lalu, hidangan ini menjadi makanan ideal bagi musafir dan prajurit
karena kaya energi dan mudah dibawa.
Bahan & Cara Pembuatan
Al-Haisah memiliki ciri khas berupa bahan-bahan sederhana namun bernilai gizi tinggi:
- Kurma – bahan utama yang memberikan rasa manis dan energi
- Samin Baladi (mentega lokal) – memberikan aroma dan kelezatan
- Aqt (yoghurt kering) atau tepung panggang – sebagai pengikat dan pemberi tekstur
Hidangan ini juga populer di musim dingin karena memberikan kehangatan dan tenaga, sekaligus mencerminkan hubungan mendalam antara penduduk Madinah dan berkah pohon kurma.
Hidangan ini juga populer di musim dingin karena memberikan kehangatan dan tenaga, sekaligus mencerminkan hubungan mendalam antara penduduk Madinah dan berkah pohon kurma.
- Kurma – bahan utama yang memberikan rasa manis dan energi
- Samin Baladi (mentega lokal) – memberikan aroma dan kelezatan
- Aqt (yoghurt kering) atau tepung panggang – sebagai pengikat dan pemberi tekstur
Hidangan ini juga populer di musim dingin karena memberikan kehangatan dan tenaga, sekaligus mencerminkan hubungan mendalam antara penduduk Madinah dan berkah pohon kurma.
Mantu dan Yaghmush: Jejak Asia Tengah dalam Kuliner Madinah
Berbeda dengan Al-Haisah yang benar-benar lokal,
hidangan seperti Mantu dan Yaghmush menceritakan kisah panjang pengaruh asing
yang masuk ke Madinah melalui jalur perdagangan dan perjalanan haji.
Asal Usul dari Bukhara & Turkestan
Mantu dan Yaghmush berasal dari Asia Tengah,
khususnya daerah seperti Bukhara dan Turkestan.
Hidangan-hidangan ini dibawa ke Hijaz oleh para pedagang dan jamaah haji
yang kemudian menetap di Madinah.
Seiring waktu, resep mereka beradaptasi dengan cita rasa lokal
hingga akhirnya menjadi bagian tetap dari Kuliner Madinah.

Hidangan-hidangan ini menjadi bukti nyata
bahwa kuliner Madinah sejak dahulu bersifat global,
menyambut berbagai rasa dan budaya kemudian meleburkannya menjadi identitas yang autentik.
Al Sanabel: Melestarikan Keaslian Kuliner Madinah
Di Restoran Al Sanabel, kami percaya bahwa melestarikan warisan kuliner Madinah
adalah bagian dari misi kami.
Kami tidak hanya menyajikan makanan —
kami menyajikan kisah, identitas, dan warisan yang hidup sejak ratusan tahun.
- Kualitas & Keaslian
Kami memastikan penggunaan bahan lokal yang autentik
serta metode memasak tradisional
untuk menjaga cita rasa asli Kuliner Madinah. - Terhubung dengan Sejarah
Kami menyajikan hidangan seperti:
Hashi Kabsa (Kabsa daging unta muda), yang mewakili keaslian Hijazi
dan Kopi Arab Asli, simbol keramahan penduduk Madinah
Kami mengundang Anda untuk mengunjungi Restoran Al Sanabel —
bukan hanya untuk makan,
tetapi untuk sebuah pengalaman,
sebuah perjalanan melintasi waktu
di mana keaslian Madinah bertemu dengan pengaruh global dalam setiap hidangan.






